Minggu, 11 Januari 2015

410 PEMBIMBING MALAIKAT KECIL

410 PEMBIMBING MALAIKAT KECIL

Apakah anda pernah mendengar seorang ibu yangmenyebut anaknya “malaikat kecil”? Ya, anak kecil, anak bayi, anak yang baru lahir memang sesuci malaikat! John Lock member nama teorinya “Tabularasa”, sebuah nampan putih bersih. Akan jadi apa anak tersebut tergantung tulisan apa yang akan ditulis  oleh guru, orang tua, dan lingkungan.
Anak adalah masa depan, anak adalah pemilik dunia ini, anak adalah hidup kita, anak adalah cermin orang tua, anak adalah manifestasi orang tua, dan anak adalah diri orang tua itu sendiri. Orang tua pendiam, pengalah, dan penyabar bisa berubah menjadi pemberang, emosional, marah tak terkendali jika ia melihat anaknya tersakiti, disakiti, disia-siakan, diperlakukan salah, singkat kata anak mengalami penderitaan karena perilaku orang terhadap anak.
Seorang bapak yang pemalu menjadi berani meminta jatah makanan ketika donor darah, karena anaknya memintanya dan panitia lupa memberikan jatah kepada bapak si pendonor darah. Seorang ibu rela menjual ginjalnya untuk membiayai pendidikan anak. Bahkan, seorang itu rela menjadi pelacur sekalipun untuk mencarikan biaya anak-anaknya. Seorang rela menjadi perampok demi si malaikat kecil!
Ya, ia adalah malaikat kecil!
Adakah orang tua yang menyia-nyiakan anaknya, meskipun ia lahir tak dikehendaki, meskipun ia lahir dari perkosaan atau hubungan yang salah. Jika ada, mungkin ia sedang khilaf, mungkin ia kehilangan kesadaran sesaat atau tidak menyadari ia memiliki tanggung jawab. Bila tidak demikian ia adalah orang tua gila!
Orang tua yang tidak membiayai anaknya, orang tua yang melepaskan tanggung jawab dan melemparkan tanggung jawab pada orang lain, pada nenek dengan berbagai dalih atau ke pantiasuhan. Tentu ia adalah orang tua yang sudah sangat terpaksa, orang tua yang sudah menemui jalan buntu melaksanakan tanggung jawabnya, orang tua yang berada dibawah alam sadar karena ketakutan pada istri barunya atau suami barunya yang member kesenangan lahiriah dan kesenangan duniawi semata. Ia sedang tersesat!
Sementara ada orang tua yang tega memperkosa anaknya sendiri, orang tua yang menjual anaknya, orang tua yang menjadikan anaknya menjadi pelacur, menyewakananaknya demi uang. Ia adalah orang tua terganggu kesadarannya, orang tua yang kehilangan kesadarannya, dengan kata lain ia adalah orang tua gila, tidak waras, …masukkan ia ke rumah sakit jiwa!
Calon Pembimbing Malaikat Kecil
Tanggal 5 Agustus 2010, FKIP UNS mewisuda 410 ahli madya pendidikan yang dipersiapkan menjadi guru SD 386 dan 24 calon guru taman kanak-kanak.  Ia adalah calon-calon pembimbing malaikat kecil dari sepasang manusia yang bekerja sama dalam ikatan cinta duniawi dan mungkin ikatan surgawi atau malah keduanya mengikat cinta dalam perkawinan yang tidak hanya duniawi dalam kesenangan tetapi sekaligus mereka menjalin cinta untuk ikatan cinta akhirat.
Lahirlah malaikat-malaikat kecil penerus pengurus negeri, pemilik syah negeri ini dan dunia seisinya. Memang jumlahnya  sangat banyak dan belum memiliki benang merah ikatan, tetapi kita semua tahu kita segera berpulang tidak lama lagi, sementara secara normal anak-anak yang baru lahir memiliki kemungkinan besar menghuni dunia ini jauh lebih lama dibanding kita!
Ia Perlu Bimbingan
Tentu orang tua kandung adalah penanggung jawab utama yang akan menghadap sang khalik salah satunya mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam mendidik anak yang diamanahkan kepadanya. Ayah adalh penanggung jawab utama  dan ibu adalah penanggung jawab bantu. Merekalah yang pertama menanamkan berbagai nilai-nilai kehidupan dalam modeling alamiah di kehidupan keluarga setiap hari sampai mereka dewasa dan berubah menjadi penanggung jawab!
Pembimbing selanjutnya adalah guru-guru taman kanak-kanak dan guru SD. Berdasarkan tinjauan psikologis pihak ketiga justru memiliki power dan guru adalah pihak ke tiga yang memiliki power dalam mendidik. Guru adalah orang yang diidentifikasi oleh anak sebagai pihak pertama dan orang tua sebagai pihak kedua mulai ditinggalkan anak yang mengubah idolanya ke gurunya! Apa yang diucapkan, apa yang diperintahkan, apa yang dicontohkan adalah hokum bagi anak-anak malaikat kecil ini!
Konsekuensinya!
410 calon guru yang secara resmi disematkan gelar ahli madya pendidikan memiliki kewenangan mendidik dan membimbing malaikat kecil dan kalian akan diminta pertanggungjawaban oleh sang khalik nantinya. Untuk itu 410 pembimbing malaikat kecil tidak boleh sembarangan, harus berhati-hati dan senantiasa meningkatkan dirinya dalam membimbing malaikat kecil!

Selamat dan siaplah membimbing malaikat kecil!

TEMBUNG CAMBORAN

TEMBUNG CAMBORAN

Tembung camboran yaiku tembung loro utawa luwih sing didadeake siji. Manut wujude tembung camboran iku ana werna loro yaiku:
A.      Camboran utuh
Camboran utuh yaiku tembung loro ingkang utuh digabung kanthi runtut. Tuladha tembung camboran utuh yaiku meja tulis, lemari kaca, buku gambar, pager kayu, anjani putra, bima putra, dan sapanunggalane.
B.       Camboran tugel utawa wancah
Camboran tugel utawa wancah yaiku gabungan tembung loro ingkang saben tembunge namung ingkang dinggo sebagiane tembung kasebut.Tuladha  tembung camboran tugel yaiku:
1.         Bangjo saka tembung : abang +  ijo
2.         Barbeh saka tembung : bubar + kabeh
3.         Barji saka tembung : bubar + siji
4.         Bangcuk saka tembung : abang + pucuk
5.         Bulik saka tembung : ibu + cilik
6.         Cowek saka tembung : konco + dhewek
7.         Dewa saka tembung : gedhe + dawa
8.         Dhelik saka tembung : gedhe + cilik
9.         Dhekmu saka tembung : endhek + lemu
10.     Dhekwur saka tembung : endhek + dhuwur
11.     Dhegus saka tembung :  gedhe + bagus
12.     Dhemes saka tembung : gedhe + lemes
13.     Dubang saka tembung : idu + abang
14.     Gowek saka tembung : tonggo + dhewek
15.     Jiro saka tembung : siji + loro
16.     Jitus saka tembung : siji + satus
17.     Kakkong saka tembung : tungkak + bokong
18.     Kotcuk saka tembung : bongkot + pucuk
19.     Kongel saka tembung : bokong + cengel
20.     Kosik saka tembung : mengko + dhisik
21.     Kwelem saka tembung : kweni + pelem
22.     Lica saka tembung : lali + kanca
23.     Lijo saka tembung : lali + bojo
24.     Limak saka tembung : lali + anak
25.     Lingga saka tembung : lali + tangga
26.     Mahrep saka tembung : mlumah + mengkurep
27.     Paklik saka tembung : bapak + cilik
28.     Pakdhe saka tembung : bapak + gedhe
29.     Pakpuh saka tembung : bapak + sepuh
30.     Pangpel saka tembung : epang + sempel
31.     Perko saka tembung : emper + toko
32.     Rengning saka tembung : ireng + kuning
33.     Saerah saka tembung : sae + murah
34.     Tahteng saka tembung : mentah + mateng
35.     Tingwe saka tembung : nglinting + dhewe
36.     Tekting saka tembung : entek + mlinting
37.     Tutik saka tembung : metu + titik
38.     Thukmis saka tembung : bathuk + klimis
39.     Wandhak saka tembung : dhawa + cendhak
40.     Wulu saka tembung : sewu + telu
Manut tegese camboran uga kaperang dadi loro, yaiku:
A.      Camboran tunggal
Camboran tunggal yaiku tembung loro sing bedha tegese, dikanggo bebarengan, nanging nuwuhake teges anyar. Tuladha : Naga sari, Semar mendhem, Randha royal, Plinteng Semar.
B.       Camboran wudhar
Tembung camboran wudhar yaiku tembung loro sing bedha tegese, dikanggo bebarengan, nanging tegese tetep. Tuladha : Meja kursi, Pager wesi, Pager kayu, Sawo mateng
Miturut hubungan wanda siji lan sijiné, tembung camboran bisa dipilah dadi telu, yaiku:
A.      Tembung camboran kang nduwèni teges sadrajad. (kopulatif). Tuladha: gedhé cilik, tuwa nom, sumbang surung, sandhang pangan lsp. Rerocèn tembung bisa uga ditambahi tembung "lan" utawa"saha".
B.       Tembung camboran kang tembung kapidhoné nerangaké tembung kapisan (determinatif). Tuladha : jambu kapuk, pelem gadhung, manuk dara, lsp.
Tembung camboran kang tembung kapisan nerangaké tembung kapindhoné. Tuladha : Parama sastra = sastra kang parama (linuwih), Pandhu putra = putrané Pandhu, lsp.

MAKALAH ( Ketrampilan Dasar Mengajar )

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keterampilan mengajar sangat penting bagi seorang guru yang profesional, disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya, di masa sekarang banyak guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar. Untuk itu, sebagai seorang calon guru kita harus menguasai ketrampilan dasar dalam mengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ketrampilan Dasar Mengajar ?
2. Apa yang melandasi pentingnya Ketrampilan Dasar Mengajar ?
3. Apa saja jenis – jenis Ketrampilan Dasar Mengajar itu?














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar
Istilah mengaja sering digandengkan dengan mengajar, sehingga sudah menjadi satu kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM), proses belajar mengajar (PBM) dan untuk menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan unsure:1) belajar; 2) mengajar.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru, dosen, instruktur atau widyaiswara kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan.
 Memang dalam mengajar ada unsure menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, instruktur atau widyaiswara kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukanseperti seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya adalah “menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamka pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal. Perkembangan berikutnya pengertian mengjar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses mengatur dan mengelola lingkungan elajar agar berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontempoter) keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan atau kecakapan atau yang lebih popular perubahan berkenaan dengan: pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan (transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja, sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan dengan cara “mengelaola lingkungan pembelajaran agar berinteraks dengan siswa”
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara, yaitu: 1) menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2 yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara, karena keterampilan dasar mengajar bahwa mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dengan beberapa kemampuan atau keterampilan ayng bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, instruktur atau widyaiswara dalam melakasanakan tugasnya.

B.     Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sebagai tenaga professional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya
uga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara `integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan dipengarhi oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan tentang diri dan misi seorang guru/dosen sebagai pendidik.
Kompetensi dasar mengajar dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidikan

C.    Jenis-jenis Keterampilan Mengajar
Keterampilan dasar mengajar merupakan panduan pengajaran mikro dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973). Keterampilan Dasar Mengajar tersebut adalah : Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Keterampilan Menjelaskan, Keterampilan Bertanya, Keterampilan Memberi Penguatan, Keterampilan Mengadakan variasi, Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil, Keterampilan Mengelola Kelas, dan Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.

1.      Ketrampilan Membuka dan Menutup pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan  membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari.
Komponen ketrampilan menutup pelajaran meliputi meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, serta mengevaluasi.

2.      Ketrampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.
Ada beberapa tujuan yang akan kita peroleh dengan menguasai keterampilan ini, yaitu:
a.   Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
b.  Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
c.  Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
d.  Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
e.  Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.



Sedangkan komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai berikut:
a. Komponen merencanakan
Agar penjelasan kita mudah dimengerti peserta didik, penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Dua hal tersebut sangat menentukan apakah penjelasan kita tepat sasaran atau tidak.
1)      Isi pesan (materi) meliputi:
a)      Sebelum memberikan penjelasan, buatlahh analisis terlebih dahulu terhadap masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk pengindentifikasian unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.
b)      Kita perlu mengenali lebih detil tentang jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dibicarakan. Jangan sampai penjelasan yang kita berikan tidak nyambung dengan tujuan pembelajaran dan topik perkuliahan.
c)      Sebelum memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan masalah yang ada. Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang tepat dari masalah yang kita bahas hanya akan menjadikan peserta didik tidak paham atau bahkan bingung.
2)      Penerima pesan
Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan audiens yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan belajar. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu penjelasan harus selalu mempertimbangan faktor-faktor tersebut di atas. Dalam pendidikan berlaku formula “metode lebih penting daripada materi” [al-tariqah ahammu min al-maddah]. Dalam konteks  ini kecermatan kita dalam melihat siapa yang kita hadapi akan sangat menentukan jenis metode pembelajaran apa yang paling tepat digunakan di kelas.
b. Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat kita tingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)      Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Usahakan untuk menghindari penggunaan ucapan-ucapan berikuut ini, seperti “ee”, ”aa”, ”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”, ”biasanya”, ”sering kali”, dan istiah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti oleh audiens. Ungkapan-ungkapan tersebut kadang malah membuat peserta didik terganggu dan akhirnya tidak dapat menangkap pesan yang disampaikan.
2)      Penggunaan contoh dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu tahu konsep CTL, Contextual Teaching and Learning, bahwa proses pembelajaran yang kita lakukan seharusnya lebih bermakna bagi peserta didik. Agar lebih bermakna, maka pembelajaran harus lebih faktual dan kontekstual. Peserta didik akan lebih tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran jika dikaitkan dengan dunia mereka.
c. Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelesan, kita harus mengarahkan perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok, dan mengurangi informasi yang tidak penting. Dalam hal ini kita dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti: “yang terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini”, “perhatikan, yang ini agak susah”.
d. Penggunaan balikan
Kita hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pamahaman, keraguan, atau ketidamengertiannya ketika penjelasan itu kita berikan. Berdasarkan balikan itu kita perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap peserta didik dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti: ”Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?”, dan sebagainya.

Agar kita dapat menggunakan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu kita perhatikan. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan dasar mengajar tersebut adalah:
a.       Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran.
b.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran
c.       Kita dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari peserta didik ataupun yang telah kita rencanakan sebelumnya.
d.      Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik.
e.       Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.

3.      Ketrampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Dalam PBM tujuan pertanyaan yang diajukan guru ialah agar siswa belajar yaitu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respon siswa. Dalam PBM umumnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswanya cara yang digunakan mempunyai pengaruh dalam pencapaian hasil belajar sehingga ketrampilan bertanya dibedakan atas : ketrampilan bertanya dasar, mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan, sedangkan ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari : Pertanyaan permintaan ( compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question), pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sintetis ( synthesis question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.
Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah, siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan, siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai yaitu mendorong siswa untuk berpikir, meningkatkan keterlibatan siswa, merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan, mendiagnosis kelemahan siswa, memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah:
a)      Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b)      Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c)      Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d)     Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
e)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f)       Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g)      Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
h)      Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
Komponen-komponennya yaitu:
a)      Pengungkapan pertanyaan secara jelas
b)      Pemberian Acuan
c)      Pemusatan
d)     Pemindahan Giliran
e)      Penyebaran
f)       Pemberian waktu berfikir
g)      Pemberian Tuntunan
Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan lanjut, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a)      Kehangatan dan keantusiasan.
b)      Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan
c)      Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar.
d)     Susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengeja.

4.      Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Sedangkan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.

5.      Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
a)      Variasi dalam cara mengajar guru, meliputi penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), Variasi gerakan badan mimik, variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
b)      Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c)      Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.

6.      Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

7.      Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan
Kemampuan mengelola kelas harus dimiliki oleh setiap guru, karena guru adalah pihak yang berhubungan secara langsung dengan siswa. Guru harus mengetahui kondisi dan kekhususan masing-masing kelas, baik yang menyangkut siswa maupun yang menyangkut lingkungan fisiknya. Tindakan pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi sehingga pada gilirannya guru dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Tindakan yang dapat diambil oleh guru tersebut dapat berupa (1) pencegahan, (2) korektif atau tindakan, atau (3) kuratif atau penanggulangan disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu bagian dariketerampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disebabkan oleh tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal tersebut akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana dan prasarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Apabila guru tidak mampu menyediakan kondisi belajar yang maksimal maka proses belajar-mengajar akan berlangsung secara tidak efektif, sehingga hasil dari proses belajar-mengajar juga tidak akan optimal. Ketidakberhasilan tersebut dapat dikatakan sebagai akibat dari tidak profesionalnya guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru tidak kompeten atau tidak memiliki kompetensi profesional.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam bagian pengelolaan kelas antara lain adalah :
1) penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
2) pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas siswa, dan
3) penetapan norma kelompok yang produktif
Dengan demikian, pengelolaan kelas bukan semata-mata bagaimana cara mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya, tetapi juga menyangkut bagaimana interaksi dan pribadipribadi di dalamnya. Pengelolaan kelas lebih ditekankan pada bagaimana interaksi antar pribadi-pribadi di dalam kelas. Interaksi di dalam kelas merupakan satu hal yang amat penting bagi keberhasilan pembelajaran, karena kehidupan pribadi siswa seringkali diwarnai oleh situasi kondisi interaksinya dengan pendidik dan juga dengan teman-teman di kelasnya. Menurut Jensen dalam Riyanto (2002 : 44) terdapat tiga keuntungan dalam suatu interaksi kelas yang efektif, yaitu (1) setiap pribadi semakin memiliki rasa percaya diri yang kuat dan sehat, (2) masing-masing pribadi memperoleh kepuasan dalam berinteraksi, dan (3) mereka semakin dekat satu sama lain dan saling melengkapi.
Riyanto (2002 : 45) mengemukakan tiga cara untuk menciptakan dan membangun suasana kelas yang kondusif untuk mendorong terciptanya interaksi dan struktur kelas yang sehat dan efektif, yaitu : (1) membuat kesepakatan, (2) mencari waktu luang untuk berinteraksi dengan siswa, dan (3) membagi pengalaman, gagasan, dan sikap pribadi.
Berdasarkan pada penjelasan di atas diketahui bahwa pengelolaan kelas tersebut tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk, tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, agar pengelolaan kelas dapat diusahakan secara maksimal dan membantu dalam proses pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pribadi pendidik
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh guru agar guru dapat mempergunakan seluruh kemampuannya dalam mengelola kelas, di antaranya adalah bahwa guru harus mengenal diri sendiri dan mengenal siswa. Hadi (2005 : 23) menyatakan bahwa tidak setiap guru memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan oleh profesi keguruan misalnya disiplin diri. Oleh karena itu guru perlu berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan selanjutnya membina kepribadian yang baik sebagai guru. Kepribadian-kepribadaian yang selayaknya dibina dan dikembangkan oleh guru misalnya adalah kepribadian yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kepribadian yang memiliki sifat-sifat terpuji seperti sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap terhadap pembaharuan.
Pengenalan siswa juga merupakan satu hal yang mutlak dimiliki oleh guru. Apabila guru tidak mengenal siswa maka proses pembelajaran yang berlangsung tidak akan berhasil dijalankan karena guru cenderung menyamaratakan semua siswa. Masing-masing siswa memiliki perbedaan - perbedan dan juga persamaan-persamaan. Oleh karena itu guru hendaknya dapat mengenali setiap siswanya, baik kemampuannya, minatnya, maupun latar belakang lainnya.
Pengenalan terhadap siswa akan memudahkan guru dalam pengelolaan kelas, misalnya dalam pengaturan tempat duduk, pemilihan pasangan tempat duduk untuk siswa sesuai dengan besar kecilnya, kemampuan pendengaran ataupun kemampuan penglihatan masing-masing siswa.
2. Disiplin kelas
Disiplin kelas merupakan keadaan tertib di mana guru dan siswa yang tergabung dalam suatu kelas tunduk pada peraturanperaturan yang telah ditetapkan dengan senang hati. Suasana tertib di dalam kelas merupakan salah satu syarat penting bagi berjalannya proses belajar-mengajar yang efektif.
a. Teknik pembinaan disiplin kelas
Disiplin kelas yang baik adalah pengendalian dan pengarahan segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk menciptakan dan memelihara suatu suasana belajar-mengajar yang efektif. Tujuan yang ingin dicapai adalah perkembangan dan pertumbuhan secara maksimal dari setiap siswa yang menjadi tanggung jawab sekolah yang bersangkutan.
Teknik pembinaan disiplin di antaranya adalah :
1) Teknik “inner control”.
Maksud teknik inner control adalah bahwa control perilaku berasal dari dalam diri siswa sendiri. Kepekaan akan disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri siswa sendiri. Kesadaran akan norma-norma, peraturan-peraturan, tata tertib yang diterapkan akan membuat siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri.
2) Teknik “External control”.
Maksud dari external control adalah bahwa pengendalian berasal dari luar diri siswa dan hal ini dapat berupa bimbingan dan konseling. Pengendalian diri dapat juga berupa pengawasan tetapi yang bersifat hukuman. Pemakaian teknik ini harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. Misalnya teknik inner control lebih sesuai untuk siswa pendidikan menengah dan tinggi, sedangkan untuk siswa pendidikan rendah lebih sesuai dengan teknik external control.
3) Teknik “Cooperative control”.
Maksud dari cooperative control adalah kerjasama antara guru dan siswa. Teknik ini berangkat dari pendapat bahwa disiplin kelas yang baik mengandung adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa secara harmonis, respektif, efektif, dan produktif. Oleh karena itu, harus ada kerjasama antara guru dan siswa. Bentukbentuk kerjasama guru dengan siswa di antaranya adalah:
(1) mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa,
(2) mengembangkan kepemimpinan dan tanggng jawab pada siswa,
(3) membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis,
(4) memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir sendiri,terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat oranglain,
(5) memberi kesempatan berpartisipasi secara luas sesuai dengan taraf kesanggupan siswa,
(6) menciptakan kesempatankesempatan untuk mengembangkan sikap-sikap yang diinginkan : sosial, psikologis, biologis.

b. Sumber pelanggaran disiplin
Sumber-sumber pelanggaran disiplin di dalam kelas, di antaranya adalah:
(1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter, (2) Pengurangan hak sebagian siswa, (3) Adanya kelompok minoritas yang kurang diperhatikan oleh guru, (4) Siswa kurang dilibatkan dalam tanggung jawab sekolah, (5) Kurang kerjasama dengan orang tua siswa, (6) Kebosanan di dalam kelas, (7) Perasaan kecewa atau tertekan karena siswa dituntut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak, (8) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian pengenalan atau status.
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas berkaitan dengan guru dan siswa. Guru hendaknya mengenal dan memahami perbedaan masing-masing siswa. Sifat dan pembawaan siswa yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku siswa di dalam kelas, termasuk dalam hal kedisiplinan siswa. Perilaku siswa yang berbeda-beda tersebut membutuhkan cara penanganan yang berbeda pula. Pemahaman dan pengetahuan tentang siswa dapat dijadikan dasar dalam menangani masing-masing siswa sesuai dengan sifat dan kemampuan siswa.
Pemahaman ini akan membantu guru dalam mengelola interaksi antara
siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa dalam proses belajarmengajar di kelas
Menurut Usman (2005: 97-99) terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui dan digunakan oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip - prinsip tersebut adalah :
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
6. Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Berkaitan dengan upaya untuk mengelola kelas secara efektif, terdapat beberapa hal yang harus dihindari oleh guru, yaitu:
1. Campur tangan yang berlebihan
Komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang diberikan secara mendadak pada waktu siswa sedang asyik mengerjakan sesuatu akan menyebabkan kegiatan tersebut menjadi terputus atau terganggu. Campur tangan tersebut perlu dihindari oleh guru, sehingga kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas berjalan dengan efektif.
2. Kelenyapan
Kelenyapan adalah suatu kondisi guru gagal melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk atau komentar secara jelas, atau juga bisa terjadi jika guru diam terlalu lama dan siswa tidak memiliki kegiatan apa-apa sehingga pikiran siswa melantur dan tidak terkonsentrasi pada satu hal. Hal ini menyebabkan proses belajarmengajar berjalan secara tidak efektif, karena banyak waktu yang terbuang secara tidak berguna.
3. Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan
Kegiatan-kegiatan di dalam kelas harus dimulai dan diakhiri dengan tepat. ketidaktepatan dalam memulai dan atau mengakhiri kegiatan secara tidak tepat dapat menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif, misalnya guru tidak mengakhiri suatu kegiaan kemudian langsung memulai kegiatan baru dan selanjutnya kembali lagi ke kegiatan pertama, dan demikian seterusnya secara berulangulang. Hal tersebut dapat menyebabkan perhatian siswa menjadi tidak terfokus, guru juga tidak terfokus, sehingga kegiatan belajar menjadi tidak lancar.
4. Penyimpangan
Penyimpangan dapat menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak berjalan lancar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh guru yang terlalu asyik dengan satu kegiatan atau bahan tertentu sehingga akhirnya menjadi menyimpang dari pokok kegiatan atau dari pokok bahasan.
5. Bertele-tele
Apabila guru terlalu asyik dengan satu kegiatan atau satu bahan tertentu, maka dapat menyebabkan tindakan bertele-tele. Misalnya guru mengulang-ulang satu hal tertentu atau pokok bahasan tertentu, memperpanjang keterangan tentang satu hal, mengubah teguran yang sederhana kepada siswa menjadi ocehan yang panjang atau penjelasan yang panjang lebar. Tindakan mengulang-ulang atau bertele-tele dapat menyebabkan kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak efektif.
Keterampilan pengelolaan kelas dapat dinilai berdasarkan beberapa indikator, yaitu pengelolaan ruang kelas dan fasilitas, pengelolaan hubungan atau interaksi siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Indikator pengelolaan ruang kelas dan interaksi dalam kelas dalam penelitian ini dilihat dari beberapa deskriptor yang disusun berdasarkan pendapat Hasibuan (2004: 83) yang menyatakan bahwa keterampilan pengelolaan kelas terdiri dari dua keterampilan, yaitu:
a. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini meliputi beberapa tindakan seperti : (1) menunjukkan sikap tanggap sehingga siswa merasakan bahwa guru hadir bersama dengan mereka dan tahu apa yang sedang mereka perbuat, (2) membagi perhatian, (3) memusatkan perhatian kelompok,(4) memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, (5) menegur, dan (6) memberi penguatan.
b. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk mengembalikan kondisi yang optimal adalah memodifikasi tingkah laku, dapat dilakukan dengan beberapa cara:
(1) Merinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan,
(2) Memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam program remedial,
(3) Bekerjasama dengan rekan atau konselor,
(4) Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki,
(5) Mewariskan pola penguatan yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingkah laku yang diinginkan, mengajarkan tingkah laku baru, mengurangi dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya penghapusan penguatan, memberi hukuman, membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak.

8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 - 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan ketrampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Ketrampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen ketrampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.













BAB III
KESIMPULAN

Keterampilan dasar mengajar guru adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.
Keterampilan Dasar Mengajar ini adalah Keterampilan Bertanya, Keterampilan Memberi Penguatan, Keterampilan Mengadakan Variasi, Keterampilan Menjelaskan, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil, Keterampilan Mengelola Kelas , Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.



















DAFTAR PUSTAKA