BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keterampilan mengajar sangat penting bagi seorang guru
yang profesional, disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang
diampu, keterampilan dasar mengajar juga merupakan keterampilan penunjang untuk
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya, di masa sekarang banyak guru yang
mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang
sangat mendasar. Untuk itu, sebagai seorang calon guru kita harus menguasai ketrampilan
dasar dalam mengajar.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ketrampilan Dasar Mengajar
?
2. Apa yang melandasi pentingnya Ketrampilan Dasar Mengajar
?
3. Apa saja jenis – jenis Ketrampilan Dasar Mengajar
itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Keterampilan Dasar Mengajar
Istilah mengaja sering digandengkan dengan mengajar,
sehingga sudah menjadi satu kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM),
proses belajar mengajar (PBM) dan untuk menyebutkan kedua istilah tersebut,
saat ini disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut
“pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan
unsure:1) belajar; 2) mengajar.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai
dari pengertian yang sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang
terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses
menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru, dosen, instruktur atau
widyaiswara kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari
mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan.
Memang dalam
mengajar ada unsure menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, instruktur
atau widyaiswara kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukanseperti
seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang
dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama
bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang
dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh
karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya
adalah “menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses
menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar
siswa ialah menanamka pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu
pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan
dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar
sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan,
sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan, kebiasaan dan
kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal. Perkembangan
berikutnya pengertian mengjar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses
mengatur dan mengelola lingkungan elajar agar berinteraksi dengan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun
kontempoter) keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki
dan terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan
keterampilan atau kecakapan atau yang lebih popular perubahan berkenaan dengan:
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya
merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan
(transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai proses
menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja, sedangkan pada
pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan dengan cara
“mengelaola lingkungan pembelajaran agar berinteraks dengan siswa”
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus
dikuasai oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara, yaitu: 1) menguasai
materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodelogi
atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar
termasuk kedalam aspek nomor 2 yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan
dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen,
instruktur, atau widyaiswara, karena keterampilan dasar mengajar bahwa mengajar
bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut
aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan,
dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah
kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional
behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara
agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional. Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan
beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dengan beberapa
kemampuan atau keterampilan ayng bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki
dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, instruktur atau widyaiswara dalam
melakasanakan tugasnya.
B.
Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini
guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain.
Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Sebagai tenaga professional, maka seorang pendidik
harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai empat kompetensi,
yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis
adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik,
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi
sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan masyarakat
sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini
agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya
uga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang
akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai empat
kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan
menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu,
pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu
dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada
seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di
kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang
menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau tenaga
pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang
kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya
lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara
tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang
tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar
apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh peserta didik yang pada
akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini
antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik mengelola kelas,
menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan refleksi proses
pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa mengajar adalah bukan
sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan suatu
proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara `integratif sejumlah keterampilan
untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang
dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan.
Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan dipengarhi oleh
semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang ingin
dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan
belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan
tentang diri dan misi seorang guru/dosen sebagai pendidik.
Kompetensi dasar mengajar dalam tulisan ini lebih
dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu dipahami seorang
tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga pendidik
harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih
bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan
dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu pendampingan dan mitra belajar.
Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan
harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang
diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang
berlatar belakang kependidikan
C.
Jenis-jenis Keterampilan Mengajar
Keterampilan dasar mengajar merupakan panduan pengajaran
mikro dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973). Keterampilan
Dasar Mengajar tersebut adalah : Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran,
Keterampilan Menjelaskan, Keterampilan Bertanya, Keterampilan Memberi
Penguatan, Keterampilan Mengadakan variasi, Keterampilan Memimpin Diskusi
Kelompok Kecil, Keterampilan Mengelola Kelas, dan Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan.
1.
Ketrampilan Membuka dan Menutup pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction)
ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian
terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan
memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup
pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri
pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha,
dan membuat kaitan atau hubungan di
antara materi-materi yang akan dipelajari.
Komponen ketrampilan menutup pelajaran meliputi meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan, serta mengevaluasi.
2.
Ketrampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar
menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara
lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan
antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi
dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi
yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan
ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat
penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi
oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga
pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.
Ada beberapa tujuan yang akan kita peroleh
dengan menguasai keterampilan ini, yaitu:
a. Membimbing peserta didik memahami materi
yang dipelajari.
b. Melibatkan peserta didik untuk berpikir
dengan memecahkan masalah-masalah.
c. Memberi balikan kepada peserta didik mengenai
tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
d. Membimbing peserta didik untuk menghayati dan
mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan
masalah.
e. Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan
memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
Sedangkan komponen-komponen keterampilan
dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai berikut:
a. Komponen
merencanakan
Agar penjelasan kita mudah dimengerti peserta didik,
penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang
berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Dua hal tersebut sangat
menentukan apakah penjelasan kita tepat sasaran atau tidak.
1)
Isi
pesan (materi) meliputi:
a)
Sebelum
memberikan penjelasan, buatlahh analisis terlebih dahulu terhadap masalah
secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk pengindentifikasian unsur-unsur apa
yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut.
b)
Kita
perlu mengenali lebih detil tentang jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur
yang dibicarakan. Jangan sampai penjelasan yang kita berikan tidak nyambung
dengan tujuan pembelajaran dan topik perkuliahan.
c)
Sebelum
memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan
hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan masalah yang ada.
Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang tepat dari masalah yang kita
bahas hanya akan menjadikan peserta didik tidak paham atau bahkan bingung.
2)
Penerima
pesan
Merencanakan suatu penjelasan harus
mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat
bergantung pada kesiapan audiens yang mendengarkannya. Hal ini berkaitan erat
dengan jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan
belajar. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu penjelasan harus selalu
mempertimbangan faktor-faktor tersebut di atas. Dalam pendidikan berlaku
formula “metode lebih penting daripada materi” [al-tariqah ahammu min
al-maddah]. Dalam konteks ini kecermatan
kita dalam melihat siapa yang kita hadapi akan sangat menentukan jenis metode
pembelajaran apa yang paling tepat digunakan di kelas.
b. Penyajian
suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat kita tingkatkan
hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan
dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Usahakan
untuk menghindari penggunaan ucapan-ucapan berikuut ini, seperti “ee”, ”aa”,
”mm”, ”kira-kira”, ”umumnya”, ”biasanya”, ”sering kali”, dan istiah-istilah
lain yang tidak dapat dimengerti oleh audiens. Ungkapan-ungkapan tersebut
kadang malah membuat peserta didik terganggu dan akhirnya tidak dapat menangkap
pesan yang disampaikan.
2)
Penggunaan
contoh dan ilustrasi
Dalam memberikan penjelasan
sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang
dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu tahu
konsep CTL, Contextual Teaching and Learning, bahwa proses pembelajaran yang
kita lakukan seharusnya lebih bermakna bagi peserta didik. Agar lebih bermakna,
maka pembelajaran harus lebih faktual dan kontekstual. Peserta didik akan lebih
tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran jika dikaitkan dengan dunia mereka.
c. Pemberian
tekanan
Dalam memberikan penjelesan, kita harus mengarahkan
perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok, dan mengurangi
informasi yang tidak penting. Dalam hal ini kita dapat menggunakan tanda atau
isyarat lisan seperti: “yang terpenting”, “perhatikan baik-baik konsep ini”,
“perhatikan, yang ini agak susah”.
d. Penggunaan
balikan
Kita hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan pamahaman, keraguan, atau ketidamengertiannya ketika
penjelasan itu kita berikan. Berdasarkan balikan itu kita perlu melakukan
penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan
atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap peserta
didik dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring
balikan tentang pemahaman mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan seperti: ”Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu
ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?”, dan sebagainya.
Agar kita dapat menggunakan keterampilan menjelaskan
dalam pembelajaran dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu kita
perhatikan. Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan dasar mengajar tersebut
adalah:
a.
Penjelasan
dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran),
tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi dengan
tujuan pembelajaran.
b.
Penjelasan
harus relevan dengan tujuan pembelajaran
c.
Kita
dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari peserta didik ataupun
yang telah kita rencanakan sebelumnya.
d.
Materi
penjelasan harus bermakna bagi peserta didik.
e.
Penjelasan
harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.
3.
Ketrampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran,
yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan
instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu
mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian,
guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan
instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan
guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan
siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran
dapat lebih di tingkatkan.
Dalam PBM tujuan pertanyaan yang diajukan guru ialah
agar siswa belajar yaitu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
berpikir, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respon siswa.
Dalam PBM umumnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswanya cara yang
digunakan mempunyai pengaruh dalam pencapaian hasil belajar sehingga
ketrampilan bertanya dibedakan atas : ketrampilan bertanya dasar, mempunyai
beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
sedangkan ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang
mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah
bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang
yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan
hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus
efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar,
bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik
dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan
yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan
pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari :
Pertanyaan permintaan ( compliance question), pertanyaan retoris (rhetorical
question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan
pertanyaan menggali (probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi
Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowlagde question),
pemahaman (conprehention question), pertanyaan penerapan (application
question), pertanyaan sintetis ( synthesis question) dan pertanyaan evaluasi
(evaluation question).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan
pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari
kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa,
mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan
ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat
tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam
golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya
dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.
Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah, siswa
belum terbiasa mengajukan pertanyaan, siswa harus dilibatkan secara
mental-intelektual secara maksimal, dan adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya
berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai
berbagai yaitu mendorong siswa untuk
berpikir, meningkatkan keterlibatan siswa, merangsang siswa untuk mengajukan
pertanyaan, mendiagnosis kelemahan siswa, memusatkan perhatian siswa pada satu
masalah, dan membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
Tujuan-tujuan dalam
memberikan pertanyaan tersebut adalah:
a)
Membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b)
Memusatkan
perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c)
Mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d)
Mengembangkan
cara belajar siswa aktif.
e)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f)
Mendorong
siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g)
Menguji
dan mengukur hasil belajar siswa.
h)
Untuk
mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.
Komponen-komponennya yaitu:
a)
Pengungkapan
pertanyaan secara jelas
b)
Pemberian
Acuan
c)
Pemusatan
d)
Pemindahan
Giliran
e)
Penyebaran
f)
Pemberian
waktu berfikir
g)
Pemberian
Tuntunan
Sedangkan ketrampilan bertanya lanjut merupakan
lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong
siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Ketrampilan bertanya lanjut di bentuk di
atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua
komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan ketrampilan bertanya
lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan
susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan
pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan
lanjut, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a)
Kehangatan
dan keantusiasan.
b)
Menghindari
kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan
pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban siswa,
mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan
c)
Waktu
berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang
diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar.
d)
Susun
pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengeja.
4.
Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas
perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau
mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan
untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina
tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri
dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh
mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan
sistematis.
Komponen-komponen itu adalah Penguatan verbal, diungkapkan
dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Sedangkan
penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif harus
memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan
menghindari penggunaan respons yang negatif.
5.
Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar
mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di
kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
a)
Variasi
dalam cara mengajar guru, meliputi penggunaan variasi suara (teacher voice),
Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher
silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement),
Variasi gerakan badan mimik, variasi dalam ekspresi wajah guru, dan pergantian
posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
b)
Variasi
dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila
ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian,
yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara
lain adalah variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi
alat atau bahan yang dapat didengart (auditif aids), variasi alat atau bahan
yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar,
dilihat dan diraba (audio visual aids).
c)
Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi
pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta
untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
6.
Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai
suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan
berbahasa.
7.
Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan
ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
(bersifat prefentip) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan
dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar
agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan
Kemampuan mengelola kelas harus dimiliki oleh setiap
guru, karena guru adalah pihak yang berhubungan secara langsung dengan siswa.
Guru harus mengetahui kondisi dan kekhususan masing-masing kelas, baik yang
menyangkut siswa maupun yang menyangkut lingkungan fisiknya. Tindakan
pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan tepat
hakikat masalah yang sedang dihadapi sehingga pada gilirannya guru dapat
memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Tindakan yang dapat diambil
oleh guru tersebut dapat berupa (1) pencegahan, (2) korektif atau tindakan,
atau (3) kuratif atau penanggulangan disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu bagian
dariketerampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini
disebabkan oleh tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa
dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal
tersebut akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana dan
prasarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Apabila guru tidak mampu menyediakan kondisi belajar
yang maksimal maka proses belajar-mengajar akan berlangsung secara tidak
efektif, sehingga hasil dari proses belajar-mengajar juga tidak akan optimal.
Ketidakberhasilan tersebut dapat dikatakan sebagai akibat dari tidak
profesionalnya guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru tidak kompeten
atau tidak memiliki kompetensi profesional.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam bagian
pengelolaan kelas antara lain adalah :
1) penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan
perhatian kelas,
2) pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu
penyelesaian tugas siswa, dan
3) penetapan norma kelompok yang produktif
Dengan demikian, pengelolaan kelas bukan semata-mata
bagaimana cara mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya,
tetapi juga menyangkut bagaimana interaksi dan pribadipribadi di dalamnya.
Pengelolaan kelas lebih ditekankan pada bagaimana interaksi antar
pribadi-pribadi di dalam kelas. Interaksi di dalam kelas merupakan satu hal
yang amat penting bagi keberhasilan pembelajaran, karena kehidupan pribadi
siswa seringkali diwarnai oleh situasi kondisi interaksinya dengan pendidik dan
juga dengan teman-teman di kelasnya. Menurut Jensen dalam Riyanto (2002 : 44)
terdapat tiga keuntungan dalam suatu interaksi kelas yang efektif, yaitu (1)
setiap pribadi semakin memiliki rasa percaya diri yang kuat dan sehat, (2)
masing-masing pribadi memperoleh kepuasan dalam berinteraksi, dan (3) mereka
semakin dekat satu sama lain dan saling melengkapi.
Riyanto (2002 : 45) mengemukakan tiga cara untuk
menciptakan dan membangun suasana kelas yang kondusif untuk mendorong
terciptanya interaksi dan struktur kelas yang sehat dan efektif, yaitu : (1)
membuat kesepakatan, (2) mencari waktu luang untuk berinteraksi dengan siswa,
dan (3) membagi pengalaman, gagasan, dan sikap pribadi.
Berdasarkan pada penjelasan di atas diketahui bahwa
pengelolaan kelas tersebut tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat
duduk, tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan
penciptaan hubungan guru dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik.
Perwujudan pengelolaan kelas yang baik adalah terciptanya kondisi yang optimal
untuk proses belajar-mengajar yang efektif.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan kelas, agar pengelolaan kelas dapat diusahakan secara maksimal dan
membantu dalam proses pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pribadi pendidik
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh guru
agar guru dapat mempergunakan seluruh kemampuannya dalam mengelola kelas, di
antaranya adalah bahwa guru harus mengenal diri sendiri dan mengenal siswa.
Hadi (2005 : 23) menyatakan bahwa tidak setiap guru memiliki sifat-sifat yang
dibutuhkan oleh profesi keguruan misalnya disiplin diri. Oleh karena itu guru
perlu berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan selanjutnya membina
kepribadian yang baik sebagai guru. Kepribadian-kepribadaian yang selayaknya
dibina dan dikembangkan oleh guru misalnya adalah kepribadian yang bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, kepribadian yang memiliki sifat-sifat terpuji
seperti sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun dan
tanggap terhadap pembaharuan.
Pengenalan siswa juga merupakan satu hal yang mutlak
dimiliki oleh guru. Apabila guru tidak mengenal siswa maka proses pembelajaran
yang berlangsung tidak akan berhasil dijalankan karena guru cenderung
menyamaratakan semua siswa. Masing-masing siswa memiliki perbedaan - perbedan
dan juga persamaan-persamaan. Oleh karena itu guru hendaknya dapat mengenali
setiap siswanya, baik kemampuannya, minatnya, maupun latar belakang lainnya.
Pengenalan terhadap siswa akan memudahkan guru dalam
pengelolaan kelas, misalnya dalam pengaturan tempat duduk, pemilihan pasangan
tempat duduk untuk siswa sesuai dengan besar kecilnya, kemampuan pendengaran
ataupun kemampuan penglihatan masing-masing siswa.
2. Disiplin kelas
Disiplin kelas merupakan keadaan tertib di mana guru
dan siswa yang tergabung dalam suatu kelas tunduk pada peraturanperaturan yang
telah ditetapkan dengan senang hati. Suasana tertib di dalam kelas merupakan
salah satu syarat penting bagi berjalannya proses belajar-mengajar yang
efektif.
a. Teknik
pembinaan disiplin kelas
Disiplin kelas yang baik adalah pengendalian dan
pengarahan segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk
menciptakan dan memelihara suatu suasana belajar-mengajar yang efektif. Tujuan
yang ingin dicapai adalah perkembangan dan pertumbuhan secara maksimal dari
setiap siswa yang menjadi tanggung jawab sekolah yang bersangkutan.
Teknik pembinaan disiplin di antaranya adalah :
1) Teknik “inner control”.
Maksud teknik inner control adalah bahwa
control perilaku berasal dari dalam diri siswa sendiri. Kepekaan akan disiplin
harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri siswa sendiri. Kesadaran akan
norma-norma, peraturan-peraturan, tata tertib yang diterapkan akan membuat
siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri.
2) Teknik “External control”.
Maksud dari external control adalah bahwa
pengendalian berasal dari luar diri siswa dan hal ini dapat berupa bimbingan
dan konseling. Pengendalian diri dapat juga berupa pengawasan tetapi yang
bersifat hukuman. Pemakaian teknik ini harus disesuaikan dengan perkembangan
siswa. Misalnya teknik inner control lebih sesuai untuk siswa pendidikan
menengah dan tinggi, sedangkan untuk siswa pendidikan rendah lebih sesuai
dengan teknik external control.
3) Teknik “Cooperative control”.
Maksud dari cooperative control adalah
kerjasama antara guru dan siswa. Teknik ini berangkat dari pendapat bahwa
disiplin kelas yang baik mengandung adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa
secara harmonis, respektif, efektif, dan produktif. Oleh karena itu, harus ada
kerjasama antara guru dan siswa. Bentukbentuk kerjasama guru dengan siswa di
antaranya adalah:
(1) mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan
siswa,
(2) mengembangkan kepemimpinan dan tanggng jawab pada
siswa,
(3) membina organisasi dan prosedur kelas secara
demokratis,
(4) memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri,
berpikir sendiri,terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat oranglain,
(5) memberi kesempatan berpartisipasi secara luas
sesuai dengan taraf kesanggupan siswa,
(6) menciptakan kesempatankesempatan untuk
mengembangkan sikap-sikap yang diinginkan : sosial, psikologis, biologis.
b.
Sumber pelanggaran disiplin
Sumber-sumber pelanggaran disiplin di dalam kelas, di
antaranya adalah:
(1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter, (2)
Pengurangan hak sebagian siswa, (3) Adanya kelompok minoritas yang kurang
diperhatikan oleh guru, (4) Siswa kurang dilibatkan dalam tanggung jawab
sekolah, (5) Kurang kerjasama dengan orang tua siswa, (6) Kebosanan di dalam
kelas, (7) Perasaan kecewa atau tertekan karena siswa dituntut untuk bertingkah
laku yang kurang wajar sebagai anak, (8) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian
pengenalan atau status.
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas
berkaitan dengan guru dan siswa. Guru hendaknya mengenal dan memahami perbedaan
masing-masing siswa. Sifat dan pembawaan siswa yang berbeda-beda mempengaruhi
perilaku siswa di dalam kelas, termasuk dalam hal kedisiplinan siswa. Perilaku
siswa yang berbeda-beda tersebut membutuhkan cara penanganan yang berbeda pula.
Pemahaman dan pengetahuan tentang siswa dapat dijadikan dasar dalam menangani
masing-masing siswa sesuai dengan sifat dan kemampuan siswa.
Pemahaman ini akan membantu guru dalam mengelola
interaksi antara
siswa dengan siswa dan antara guru dengan siswa dalam
proses belajarmengajar di kelas
Menurut Usman (2005: 97-99) terdapat beberapa prinsip
yang harus diketahui dan digunakan oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip -
prinsip tersebut adalah :
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan
keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan
yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata,
tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau
media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang bervariasi merupakan kunci
tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku
guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya di dalam
mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan
menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
6. Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin
diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk
itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri,
dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian
diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Berkaitan dengan upaya untuk mengelola kelas secara
efektif, terdapat beberapa hal yang harus dihindari oleh guru, yaitu:
1. Campur tangan yang berlebihan
Komentar, pertanyaan,
atau petunjuk yang diberikan secara mendadak pada waktu siswa sedang asyik
mengerjakan sesuatu akan menyebabkan kegiatan tersebut menjadi terputus atau
terganggu. Campur tangan tersebut perlu dihindari oleh guru, sehingga kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas berjalan dengan efektif.
2. Kelenyapan
Kelenyapan adalah suatu
kondisi guru gagal melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk atau
komentar secara jelas, atau juga bisa terjadi jika guru diam terlalu lama dan
siswa tidak memiliki kegiatan apa-apa sehingga pikiran siswa melantur dan tidak
terkonsentrasi pada satu hal. Hal ini menyebabkan proses belajarmengajar
berjalan secara tidak efektif, karena banyak waktu yang terbuang secara tidak
berguna.
3. Ketidaktepatan dalam memulai dan
mengakhiri kegiatan
Kegiatan-kegiatan di
dalam kelas harus dimulai dan diakhiri dengan tepat. ketidaktepatan dalam
memulai dan atau mengakhiri kegiatan secara tidak tepat dapat menyebabkan
proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif, misalnya guru tidak mengakhiri
suatu kegiaan kemudian langsung memulai kegiatan baru dan selanjutnya kembali
lagi ke kegiatan pertama, dan demikian seterusnya secara berulangulang. Hal
tersebut dapat menyebabkan perhatian siswa menjadi tidak terfokus, guru juga
tidak terfokus, sehingga kegiatan belajar menjadi tidak lancar.
4. Penyimpangan
Penyimpangan dapat
menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak berjalan lancar. Hal ini bisa saja
disebabkan oleh guru yang terlalu asyik dengan satu kegiatan atau bahan
tertentu sehingga akhirnya menjadi menyimpang dari pokok kegiatan atau dari
pokok bahasan.
5. Bertele-tele
Apabila guru terlalu
asyik dengan satu kegiatan atau satu bahan tertentu, maka dapat menyebabkan
tindakan bertele-tele. Misalnya guru mengulang-ulang satu hal tertentu atau
pokok bahasan tertentu, memperpanjang keterangan tentang satu hal, mengubah
teguran yang sederhana kepada siswa menjadi ocehan yang panjang atau penjelasan
yang panjang lebar. Tindakan mengulang-ulang atau bertele-tele dapat
menyebabkan kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak efektif.
Keterampilan pengelolaan kelas dapat dinilai
berdasarkan beberapa indikator, yaitu pengelolaan ruang kelas dan fasilitas,
pengelolaan hubungan atau interaksi siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.
Indikator pengelolaan ruang kelas dan interaksi dalam kelas dalam penelitian
ini dilihat dari beberapa deskriptor yang disusun berdasarkan pendapat Hasibuan
(2004: 83) yang menyatakan bahwa keterampilan pengelolaan kelas terdiri dari
dua keterampilan, yaitu:
a. Keterampilan yang
berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini meliputi beberapa tindakan seperti : (1) menunjukkan sikap
tanggap sehingga siswa merasakan bahwa guru hadir bersama dengan mereka dan
tahu apa yang sedang mereka perbuat, (2) membagi perhatian, (3) memusatkan
perhatian kelompok,(4) memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, (5) menegur,
dan (6) memberi penguatan.
b. Keterampilan yang
berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Beberapa strategi
yang dapat digunakan oleh guru untuk mengembalikan kondisi yang optimal adalah
memodifikasi tingkah laku, dapat dilakukan dengan beberapa cara:
(1) Merinci tingkah laku yang
menimbulkan gangguan,
(2) Memilih norma yang
realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam program remedial,
(3) Bekerjasama dengan rekan
atau konselor,
(4) Memilih tingkah laku yang
akan diperbaiki,
(5) Mewariskan pola penguatan
yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingkah laku yang diinginkan,
mengajarkan tingkah laku baru, mengurangi dan menghilangkan tingkah laku yang
tidak diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya penghapusan penguatan,
memberi hukuman, membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak.
8. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah
terbatas, yaitu berkisar antara 3 - 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang
untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan
guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang
lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah:
ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi,
ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan ketrampilan
mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon
guru sehingga dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu
mahasiswa calon guru dalam mengajar. Ketrampilan mengajar yang esensial secara
terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan
tepat, penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat
memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen ketrampilan yang objektif
dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
BAB III
KESIMPULAN
Keterampilan dasar mengajar guru adalah kemampuan atau
keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki
oleh guru, dosen, instruktur atau widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas
mengajar secara efektif, efisien dan professional.
Keterampilan Dasar Mengajar ini adalah Keterampilan
Bertanya, Keterampilan Memberi Penguatan, Keterampilan Mengadakan Variasi,
Keterampilan Menjelaskan, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, Keterampilan
Memimpin Diskusi Kelompok Kecil, Keterampilan Mengelola Kelas , Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar