BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
pendidikan, yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dari diri
peserta didik (Idris Jauhari). Oleh karena itu pendidikan sangat menekankan
pada proses belajar mengajarnya.
Tugas guru
sebagai fasilitator dan juga mengajar tentu saja tidak dapat dilakukan
sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar
tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah
demi langkah prosedur pembelajaran, namun bisa memberi arah prioritas-prioritas
dalam tindakan guru.
Sekolah Dasar merupakan
lembaga pendidikan pertama yang dimasuki anak. Di lembaga itu diajarkan
berbagai mata pelajaran untuk membekali mereka agar memiliki kemampuan dasar
untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi dan sebagai bekal hidup
sehari- hari. Salah satunya adalah mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA
adalah salah satu komponen mata pelajaran yang mempunyai fungsi, tujuan dan
ruang lingkup tersendiri, serta
mempunyai peran yang sangat luas dalam semua aktifitas kehidupan manusia.
Kegiatan – kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan tidak terlepas dan berkaitan
erat dengan IPA, maka siswa SD perlu mempelajarinya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pokok pikiran teori perkembangan kognitif menurut Bruner?
2.
Bagaiman
implikasi teori Bruner dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pokok Pikiran Teori Perkembangan Kognitif Menurut
Bruner
Jerome Seymour Bruner dilahirkan
dalam tahun 1915. Jerome S. Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang
dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan.
Bruner bersetuju dengan Piaget bahwa
perkembangan kognitif anak- anak
adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan
pembelajaran secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui pelajar itu
kepada satu corak dalam keadaan baru.
Jerome
S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan
dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang
psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi
persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia,
ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh
informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan.
Menurut
Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui
belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan
melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah. Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:
·
Pengalaman-pengalaman
optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi,
pemeliharaan dan pengarahan.
·
Penstrukturan
pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi
dan kuasa.
·
Perincian
urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan
faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran
dan perbedaan individu.
·
Bentuk
dan pemberian reinforsemen.
Beliau
berpendapat bahawa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur
konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan
mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain
itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan
telah ada. Misalnya,
anak- anak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4
sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan
memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Dalam teori
belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik
dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini
Bruner membedakan menjadi tiga tahap.
Ketiga tahap
tersebut antara lain tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
pengetahuan atau pengalaman baru, tahap transformasi yaitu tahap memahami,
mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk
baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan tahap evaluasi yaitu
untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Adapun ciri khas teori
pembelajaran menurut Bruner
1. Empat tema tentang pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu
karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat,
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan
satu dengan yang lain.
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas
penguasaan ketrampilan- ketrampilan
yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan
yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah
formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan
untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang
motivasi itu.
2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar
didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan
merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilaku
Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara
aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang
itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi
pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang
disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world).
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses
yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah memperoleh
informasi baru, transformasi informasi dan menguji
relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupakan penghalusan
dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat
dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang
dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan
pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara
kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan
mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem
keterampilan untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga sistem
keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of
presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan,
jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek
dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri
atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik.
Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal.
Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep,
tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga
menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa.
Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan
proposisi atau pernyataan daripada objek-objek, memberikan struktur
hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan
alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang
pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan
”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan
jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk
lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu
dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu
timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar
atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton
tentang momen.
4.
Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar
yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep
sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan, maka
desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara
singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap
demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang
sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di
dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa
telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan
cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep
dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri, persamaan dan perbedaan. Selain itu,
pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan konsep yang
baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran
penemuan.
Belajar
Penemuan
Salah
satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal
dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap
bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan
agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep
dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:
1.
Pengetahuan itu bertahan lama atau
lama dapat diingat.
2. Hasil
belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara
menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berfikir secara bebas.
Asumsi umum
tentang teori belajar kognitif:
a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses
pembelajaran sebelumnya.
b. Belajar melibatkan adanya proses informasi (active
learning).
c. Pemaknaan berdasarkan hubungan.
d. Proses
kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada
abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang
sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta
didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses.
Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya
tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1.
Enactive, dimana seorang
peserta didik belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek, siswa
melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.
2. Iconic, dimana belajar terjadi melalui
penggunaan model dan gambar.
3. Symbolic, mendeskripsikan kapasitas dalam
berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem
simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin dominan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka
untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap
perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik
maka dapat diberikan padanya dan dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan
yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan Model Kognitif dalam
pembelajaran:
Belajar
|
Karakteristik
Teori
|
Penerapan
Dalam pembelajaran
|
Kognitif
Bruner
|
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk
belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara
discovery learning.
|
1. Menentukan tujuan-tujuan
instruksional
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan topik-topik yang akan dipeserta
didik
4. Mencari
contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik
untuk bahan belajar
5. Mengatur
topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak,
dari yang sederhana ke kompleks
6. Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
|
B.
Implikasi Teori Bruner dalam Pembelajaran IPA
Penerapan belajar penemuan pada siswa, ditinjau dari segi
metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam pembelajaran IPA.
1. Metode dan Tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak
sepenuhnya beriring. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu
cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang keingintahuan
mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh
pengetahuan melalui belajar penemuan.
Jadi kalau kita mengajar sains (IPA) misalnya, kita bukan
akan menghasilkan perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan
kita ingin membuat anak-anak kita berfikir secara matematis bagi dirinya
sendiri, maka anak tersebut harus berperan serta dalam proses perolehan
pengetahuan.
2. Peranan Guru
Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam
belajar penemuan adalah:
a.
Merencanakan
pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat
pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai
dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang
berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman
siswa. Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang
berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba menemukan
konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
c. Guru harus menyajikan
dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah melaui tindakan atau
dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing). Ikonik
adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui
gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-kata
atau bahasa-bahasa.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara
teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing
atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau
aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila
diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan balik pada
waktu yang tepat.
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam
belajar penemuan. Secara garis besar belajar penemuan ialah mempelajarai
generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di
lapangan, penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang konsep
dasar, dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situsi baru dan
situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian
hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang
baru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat
terjadi melalui belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Implikasinya dalam pembelajaran IPA yaitu tujuan belajar dan peran guru
dalam pembelajaran. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan
merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang
dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan.
Sedangkan peran guru dalam pembelajaran tidak
begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian
hasil belajar meliputi tentang
konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.
B.
Saran
1.
Sebagai guru hendaknya harus mau
membuat suatu perubahan dalam mengajar agar pembelajaran lebih bermakna.
2.
Dalam pembelajaran guru dapat menghadapkan
anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://mejasem.net/edukasi/teori-bruner/ yang diakses pada Kamis, 8 September 2011.
http://arifwidiyatmoko.wordpress.com/2008/07/29/%E2%80%9Djerome-bruner-belajar-penemuan%E2%80%9D/ yang diakses pada Kamis, 8 September 2011.
http://www.masbied.com/2010/03/20/teori-belajar-bruner/#more-2464 yang diakses pada Jumat, 9 September 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar