PENERAPAN TEORI AUSEBEL
1. Pengertian
Dalam
pembelajaran ada strategi, teknik, serta teori yang mempengaruhinya. Salah satu
dari teori itu adalah teori Ausebel. Dalam hal ini akan dibahas mengenai
penerapan dari teori Ausebel. Teori
pembelajaran Ausubel merupakan salah satu dari sekian banyaknya teori
pembelajaran yang menjadi dasar dalam cooperative learning.
Terdapat
empat macam belajar menurut Ausubel dengan dua dimensi yang terpisah. Dimensi
pertama berhubungan dengan cara informasi (materi pelajaran) itu disajikan pada
siswa yaitu belajar penerimaan (reception learning) dan belajar penemuan
(discovery learning). Dimensi kedua ialah menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, dalam kaitannya
dengan ini terdapat belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar hafalan
(rote learning).
a. Belajar
Bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur
kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna
adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui
pembelajaran. Pembelajaran
bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam
struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan
keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah
dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap
olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.
Teori
Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya
menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan
fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya
menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian
yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu
siswa aktif. Untuk siswa tingkat
dasar akan jauh lebih efektif jika siswa dilibatkan dalam kegiatan langsung.
b.
Belajar Hafalan
Belajar hafalan terjadi jika dalam struktur kognitif seseorang tidak
terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer yang relevan. Dalam
belajar hafalan informasi baru tidak dapat diasimilasikan dengan konsep-konsep
yang telah ada dalam struktur kognitif. Dengan demikian sama sekali tidak
terjadi interaksi antara informasi baru dengan informasi yang telah disimpan
dalam struktur kognitif.
2.
Tahap-Tahap
Penerapan Teori Ausebel
a. Pengaturan
Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai
bahan pengait maka dapat mengaitkan aatara konsep lama yang telah dimiliki
siswa dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini
dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana guru
menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang
baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru mengajarkan tentang
bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar, daun, batang, bunga, buah, dan
biji. Maka guru dapat bertanya kepada siswa dengan beberapa pertanyaan,
misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun itu? Daun pada tumbuhan berguna
untuk apa?. Jadi pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama
siswa yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru yaitu
kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi
Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses
menguraikan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses
penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang umum atau
inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga pelajaran dimulai dari
yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
memberikan materi mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat
mengajukan pertanyaan yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan
berkaki empat, hewan apa sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru
tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang
pemakan rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi
(belajar subordinatif)
Dalam
konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran
yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari
selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa,
misalnya dalam materi tumbuhan. Guru dapat menanyakan pada siswa tentang
bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang
mengalami pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi
dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses
belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan
hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
d. Rekonsiliasi
Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana
konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan. Guru menjelaskan
dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan
materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan
demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan
tersebut. Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian
tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari tentang
daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi daun. Dan pada
kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun, akan tetapi dalam
materi ini siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja
melainkan macam-macam tulang daun.
Peta Konsep
Peta konsep memperlihatkan
bagaimana konsep-konsep saling dikaitkan. Untuk menyusun suatu peta konsep
dibutuhkan konsep-konsep atau kejadian-kejadian dan kata penghubung.
entah masih aktif atau tidak dalam ngeblog tapi ini membantu sekali siapapun anda. god bless you.
BalasHapus